KabarInvestigasi

Kabarinvestigasi-Banda Aceh.Teka teki munculnya paradigma tentang adanya pergeseran arah kiblat mesjid di Indonesia yang mencapai 80 persen, mendapat reaksi keras dari Direktorat Jenderal Urusan Agama Kementerian Agama (Dirjen Urais-Kemag), tidak terkecuali bagi masyarakat Aceh yang beragama Islam supaya tidak resah.

Alasannya, pergeseran arah kiblat tersebut dinilai wajar didaerah rawan terjadinya gempa yang maksimal hanya sekitar 20 derajat dan tidak akan mempengaruhi proses amal ibadah dalam agama yang dianut umat Islam.

Demikian antaralain diungkapkan Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama RI, Dr H Rohadi Abdul Fatah MAg, kemarin di Banda Aceh.

“Secara umum tingkat kesalahan arah kiblat di Indonesia maksimal 20 derajat, dan sesuai dengan hadist nabi barang siapa yang tinggal diluar negeri Arab Saudi, hanya cukup menghadap ketanah Arab dan Syukuf saja dalam artian tidak mesti menghadap Ka’bah,”ujar dia.

Kata dia, berbeda dengan umat Islam yang tinggal di Mekah dan Maddinah, dimana harus mengarah secara tepat ke Ka’bah dan sebetulnya tidak begitu harus dimasalahkan tentang persoalan itu, ujar dia.

Menurut Rohadi, untuk mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh belum ada indikasi adanya pergeseran arah kiblat.Jikapun hal tersebut terjadi hanya beberapa derajat saja dan tidak mesti dilakukannya pembongkaran bangunan sebagaimana kebijakan Menteri Agama, melainkan cukup dengan menggeser baris Sholat.(KI/AFRIZAL)