Senin, 28 September 2009
Pukul Manyapu, Tradisi Tahunan Hari Ketujuh Syawal
Posted on 9/28/2009 07:14:00 AM by Admin
KabarInvestigasi – Ambon. Puluhan pasang pemuda bertelanjang dada. Mereka saling mencambuk punggung dan dada pasangan masing-masing dengan lidi. Tangan kiri mereka menggenggam puluhan lidi enau dengan panjang rata-rata sekitar 1,5 meter, sedangkan tangan kanan menyabetkan beberapa bilah lidi enau ke tubuh pasangan masing-masing. Mereka terbagi menjadi dua regu, dengan gerakan maju dan mundur. Atraksi ini, kembali digelar, Minggu (27/9) di dua desa bertetangga, Mamala dan Morela. Ribuan penonton tumpah ruah menyaksikan tradisi tahunan itu.
Pukul mayapu, itulah nama atraksi tersebut. Tradisi unik ini tidak asing lagi ditelinga warga Maluku, khususnya yang mendiami Pulau Ambon. Ritual penuh nuansa agama dan adat ini merupakan pertunjukan yang dilakukan setiap 7 Syawal Hijriah di Desa Mamala dan Desa Morela, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah. Untuk menempuh kedua desa yang terletak di utara Pulau Ambon ini bisa dijangkau menggunakan transportasi darat dari Kota Ambon, berjarak 26 kilometer.
Ritual adat ini dikemas dalam atraksi puluhan pemuda kedua desa. Mereka dibagi atas dua kelompok dan saling mencambuk badan lawan dengan lidi, tulang daun enau. Pukul Manyapu berlangsung bersamaan di Mamala dan Morela, di halaman masjid masing-masing desa. Sebelum masuk arena, para pemuda ini terlebih dulu berlari mengelilingi desa.
Atraksi saling cambuk ini mengakibatkan luka di sekujur tubuh. Usai atraksi, luka yang ada diolesi minyak kelapa yang telah dibacakan ayat suci Alquran di sekujur tubuh yang luka. Minyak kelapa yang digunakan tersebut berkhasiat menyembuhkan luka dalam waktu cepat tanpa meninggalkan bekas.
Dari cerita masyarakat setempat, minyak tersebut semula dipakai menyambung kayu masjid yang patah. Kisahnya, pada masa kolonialisme Belanda, warga Pulau Ambon melakukan perlawanan yang dikenal dengan nama Perang Kapahaha (1943-1646). Usai perang tersebut, Belanda mengeluarkan intruksi kepada warga yang mendiami daerah pegunungan untuk turun membangun kampung di pesisir pantai. Penduduk yang sudah menganut ajaran Islam turun gunung dan membangun perkampungan di pesisir.
Karena membuka perkampungan baru, maka masjid juga dibangun. Saat warga tengah mengerjakan masjid, salah satu tiang penopang masjid itu patah. Pemuka adat dan agama yang terdiri dari Imam Masjid yakni Imam Tuni, Pimpinan Pemerintahan Adat Mamala Latulehu dan Tukang Besar Patikiambessy, bermusyawarah dan meminta Imam Tuni bermunajab kepada Allah SWT, memohon petunjuk untuk penyelesaian pembangunan masjid.
Saat tidur pada malam hari, Imam Tuni didatangi seorang kakek tua yang berkata tidak perlu bersusah hati. Kakek itu memberi petuah agar kayu patah tersebut dioleskan minyak kelapa yang telah dibacakan doa-doa dari ayat suci Alquran, kemudian dibalut dengan kain putih. Petunjuk mimpi tersebut disampaikan kepada Latulehu, selanjutnya Imam Tuni diminta melaksanakan petunjuk mimpi itu.
Pada malam harinya, kayu patah dioleskan minyak kelapa dan ditutup kain putih. Besoknya ketika kain dibuka, kayu patah secara ajaib telah menyatu kembali. Minyak kelapa dengan bacaan doa-doa itu kemudian dikenal dengan nama Minyak Tasala atau Minyak Mamala. Keturunan Imam Tuni hingga sekarang masih membuat minyak tersebut dan bermanfaat sebagai penyembuh luka. Minyak ini berkhasiat jika proses pembuatannya dilakukan di malam 7 Syawal Hijiriah.
Setelah kayu masjid yang patah secara ajaib tersambung, Minyak Mamala kemudian diuji khasiatnya pada manusia dengan cara mencambuk sekujur tubuh dengan sapu lidi hingga luka-luka. Kulit yang pecah akibat hantaman lidi kemudian dioleskan minyak dan lukanya pun sembuh seperti semula.
“Peristiwa saat itu lalu menjadi tradisi di desa kami. Pukul Manyapu ini menjadi ritual adat yang dilakukan setiap 7 Syawal,” kata Raja Mamala Abdullah Malawat.
Ritual Pukul Manyapu ini kemudian menjadi ciri khas dua desa ini. Saat perayaannya menjadi tontonan menarik warga karena setiap diadakan banyak pengunjung yang datang dari daerah lain. Selain pengunjung lokal, atraksi ini juga sangat diminati para wisatawan mancanegara. Oleh Dinas Pariwisata Maluku, tradisi ini dimasukan dalam calender of event pariwisata Maluku (KI/dino.p)
Ritual adat ini dikemas dalam atraksi puluhan pemuda kedua desa. Mereka dibagi atas dua kelompok dan saling mencambuk badan lawan dengan lidi, tulang daun enau. Pukul Manyapu berlangsung bersamaan di Mamala dan Morela, di halaman masjid masing-masing desa. Sebelum masuk arena, para pemuda ini terlebih dulu berlari mengelilingi desa.
Atraksi saling cambuk ini mengakibatkan luka di sekujur tubuh. Usai atraksi, luka yang ada diolesi minyak kelapa yang telah dibacakan ayat suci Alquran di sekujur tubuh yang luka. Minyak kelapa yang digunakan tersebut berkhasiat menyembuhkan luka dalam waktu cepat tanpa meninggalkan bekas.

Karena membuka perkampungan baru, maka masjid juga dibangun. Saat warga tengah mengerjakan masjid, salah satu tiang penopang masjid itu patah. Pemuka adat dan agama yang terdiri dari Imam Masjid yakni Imam Tuni, Pimpinan Pemerintahan Adat Mamala Latulehu dan Tukang Besar Patikiambessy, bermusyawarah dan meminta Imam Tuni bermunajab kepada Allah SWT, memohon petunjuk untuk penyelesaian pembangunan masjid.
Saat tidur pada malam hari, Imam Tuni didatangi seorang kakek tua yang berkata tidak perlu bersusah hati. Kakek itu memberi petuah agar kayu patah tersebut dioleskan minyak kelapa yang telah dibacakan doa-doa dari ayat suci Alquran, kemudian dibalut dengan kain putih. Petunjuk mimpi tersebut disampaikan kepada Latulehu, selanjutnya Imam Tuni diminta melaksanakan petunjuk mimpi itu.
Pada malam harinya, kayu patah dioleskan minyak kelapa dan ditutup kain putih. Besoknya ketika kain dibuka, kayu patah secara ajaib telah menyatu kembali. Minyak kelapa dengan bacaan doa-doa itu kemudian dikenal dengan nama Minyak Tasala atau Minyak Mamala. Keturunan Imam Tuni hingga sekarang masih membuat minyak tersebut dan bermanfaat sebagai penyembuh luka. Minyak ini berkhasiat jika proses pembuatannya dilakukan di malam 7 Syawal Hijiriah.
Setelah kayu masjid yang patah secara ajaib tersambung, Minyak Mamala kemudian diuji khasiatnya pada manusia dengan cara mencambuk sekujur tubuh dengan sapu lidi hingga luka-luka. Kulit yang pecah akibat hantaman lidi kemudian dioleskan minyak dan lukanya pun sembuh seperti semula.
“Peristiwa saat itu lalu menjadi tradisi di desa kami. Pukul Manyapu ini menjadi ritual adat yang dilakukan setiap 7 Syawal,” kata Raja Mamala Abdullah Malawat.
Ritual Pukul Manyapu ini kemudian menjadi ciri khas dua desa ini. Saat perayaannya menjadi tontonan menarik warga karena setiap diadakan banyak pengunjung yang datang dari daerah lain. Selain pengunjung lokal, atraksi ini juga sangat diminati para wisatawan mancanegara. Oleh Dinas Pariwisata Maluku, tradisi ini dimasukan dalam calender of event pariwisata Maluku (KI/dino.p)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
INGIN MENDAPATKAN DOLAR?.........SAYA SUDAH BUKTIKAN!!!!!!!!!!!
Caranya?
Klik semua Iklan PTC Atau Banner di Bawah ini satu persatu, kemudian Daftar....( Gratis Bro ).....Setelah Daftar Log In.....
Setelah Log In........Klik View Ads......Kemudian Klik Link satu per satu....tunggu sebentar.......Setelah paling atas muncul tulisan ( CLICK "9" ) klik angka nomor 9 dan seterusnya.......Dolar sudah kita dapat Bro.....gampang kan?........
Untuk mencairkan Dolar yang sudah kita dapat, kita harus mempunyai rekening PAYPAL. Daftar Paypal disini
Caranya?
Klik semua Iklan PTC Atau Banner di Bawah ini satu persatu, kemudian Daftar....( Gratis Bro ).....Setelah Daftar Log In.....
Setelah Log In........Klik View Ads......Kemudian Klik Link satu per satu....tunggu sebentar.......Setelah paling atas muncul tulisan ( CLICK "9" ) klik angka nomor 9 dan seterusnya.......Dolar sudah kita dapat Bro.....gampang kan?........
Untuk mencairkan Dolar yang sudah kita dapat, kita harus mempunyai rekening PAYPAL. Daftar Paypal disini
No Response to "Pukul Manyapu, Tradisi Tahunan Hari Ketujuh Syawal"
Leave A Reply