Jumat, 02 Oktober 2009
Kepedulian Sang Presiden untuk Korban Gempa
Posted on 10/02/2009 03:37:00 AM by Admin
KabarInvestigasi –Jakarta.Di tengah kota Padang yang porak-poranda, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hadir. Di antara jerit, isak tangis dan rasa kehilangan, kehadirannya menjadi simbol kehadiran Indonesia di kawasan Padang dan Jambi yang hancur berkeping oleh gempa bumi.
Sikap peduli dan empati SBY sebagai seorang presiden, menjadi pelita dalam kegelapan. Ribuan orang masih berada dalam reruntuhan, ratusan tewas dan lainnya mungkin hilang. Dalam kondisi demikian, SBY datang dan menginap di Padang, kota yang poranda.
Wajahnya sembab, pedih dan airmatanya tertahan. SBY meninjau lokasi gempa, Kamis (1/10) siang, meminta tim evakuasi terus bekerja hingga dua pekan mendatang. Presiden mendesak para aparat dan regu penolong agar pasokan listrik dan air bersih di daerah bencana bisa segera pulih. Sejak kejadian hari Rabu sore, listrik di Sumatera Barat padam dan pasokan air bersih terhenti.
"Saya sampaikan kepada Panglima TNI lebih baik dikerahkan kekuatan yang lebih, terutama untuk tanggap darurat, utamanya tenaga medis dengan peralatan bedahnya seperti di Yogya dan peralatan-peralatan zeni untuk mengatasi reruntuhan dan kemungkinan menyelamatkan mereka yang berada di dalam timbunan reruntuhan itu,” kata Presiden.
Sebelumnya, Presiden pada rapat koordinasi terbatas membahas penanganan gempa menginstruksikan kepada Panglima TNI untuk mengerahkan sumber daya secara maksimal dalam kegiatan tanggap darurat penanganan gempa.
Selain pengerahan sumber daya nasional secara maksimal untuk penanganan gempa, Presiden juga menekankan bencana kali ini membutuhkan kecepatan bagi penanganan korban yang luka-luka dan masih bisa diselamatkan. Oleh karena itu, bantuan dari negara tetangga di ASEAN dipersilakan sejauh tetap dalam kendali koordinasi.
Getaran akibat gempa yang mengguncang Pariaman dan Padang juga mendera sejumlah kota di Pulau Sumatera. Masyarakat di Kota Medan, Sumatera Utara, Kota Jambi dan Palembang, Sumatera Selatan berhamburan keluar dari rumah mereka saat gempa melanda. Penduduk di Kabupaten Mandailing Natal, Labuhan Batu, Labuhan Batu Utara, Sibolga, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan dan Padang Lawas Utara sempat panik saat merasakan getaran akibat gempa.
Menyusul gempa itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan, pemerintah menetapkan status bencana nasional untuk penanggulangan bencana gempa bumi di Sumatera Barat. "Pemerintah akan memberlakukan masa tanggap darurat dua bulan," ucap Wapres usai memimpin rapat terbatas pascagempa Padang di rumah dinasnya, Rabu (30/9) malam.
Wakil Presiden M Jusuf Kalla sudah melaporkan kepada Presiden tentang langkah-langkah yang sudah diambil pemerintah dan masih perlu dilakukan terkait penanganan gempa di Sumbar.
Kegiatan tanggap darurat difokuskan pada penyelamatan korban yang masih hidup, ketersediaan makanan, obat-obatan, dan tempat berteduh. Wapres menugaskan Departemen Sosial dan Perum Bulog untuk memastikan ketersediaan bahan makanan, terutama yang dapat langsung dikonsumsi.
"Roti dipercepat pengirimannya. Pengalaman di Aceh, justru yang paling laku itu pabrik roti karena kan tidak membutuhkan apa-apa. Kalau mi masih butuh air panas," ujar Wapres Kalla. Kondisi hujan lebat dan gelap karena mati listrik mengakibatkan pemerintah daerah kesulitan memantau dampak kerusakan.
Diperkirakan masih ada korban yang terperangkap di hotel, gedung tinggi, sekolah, dan ruko yang ambruk, namun tidak bisa dievakuasi karena keterbatasan personel dan peralatan. Bahkan kurangnya alat berat telah menjadi kendala bagi petugas dalam melakukan pertolongan dan pengungsian.(***)
Wajahnya sembab, pedih dan airmatanya tertahan. SBY meninjau lokasi gempa, Kamis (1/10) siang, meminta tim evakuasi terus bekerja hingga dua pekan mendatang. Presiden mendesak para aparat dan regu penolong agar pasokan listrik dan air bersih di daerah bencana bisa segera pulih. Sejak kejadian hari Rabu sore, listrik di Sumatera Barat padam dan pasokan air bersih terhenti.
"Saya sampaikan kepada Panglima TNI lebih baik dikerahkan kekuatan yang lebih, terutama untuk tanggap darurat, utamanya tenaga medis dengan peralatan bedahnya seperti di Yogya dan peralatan-peralatan zeni untuk mengatasi reruntuhan dan kemungkinan menyelamatkan mereka yang berada di dalam timbunan reruntuhan itu,” kata Presiden.
Sebelumnya, Presiden pada rapat koordinasi terbatas membahas penanganan gempa menginstruksikan kepada Panglima TNI untuk mengerahkan sumber daya secara maksimal dalam kegiatan tanggap darurat penanganan gempa.
Selain pengerahan sumber daya nasional secara maksimal untuk penanganan gempa, Presiden juga menekankan bencana kali ini membutuhkan kecepatan bagi penanganan korban yang luka-luka dan masih bisa diselamatkan. Oleh karena itu, bantuan dari negara tetangga di ASEAN dipersilakan sejauh tetap dalam kendali koordinasi.
Getaran akibat gempa yang mengguncang Pariaman dan Padang juga mendera sejumlah kota di Pulau Sumatera. Masyarakat di Kota Medan, Sumatera Utara, Kota Jambi dan Palembang, Sumatera Selatan berhamburan keluar dari rumah mereka saat gempa melanda. Penduduk di Kabupaten Mandailing Natal, Labuhan Batu, Labuhan Batu Utara, Sibolga, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan dan Padang Lawas Utara sempat panik saat merasakan getaran akibat gempa.
Menyusul gempa itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan, pemerintah menetapkan status bencana nasional untuk penanggulangan bencana gempa bumi di Sumatera Barat. "Pemerintah akan memberlakukan masa tanggap darurat dua bulan," ucap Wapres usai memimpin rapat terbatas pascagempa Padang di rumah dinasnya, Rabu (30/9) malam.
Wakil Presiden M Jusuf Kalla sudah melaporkan kepada Presiden tentang langkah-langkah yang sudah diambil pemerintah dan masih perlu dilakukan terkait penanganan gempa di Sumbar.
Kegiatan tanggap darurat difokuskan pada penyelamatan korban yang masih hidup, ketersediaan makanan, obat-obatan, dan tempat berteduh. Wapres menugaskan Departemen Sosial dan Perum Bulog untuk memastikan ketersediaan bahan makanan, terutama yang dapat langsung dikonsumsi.
"Roti dipercepat pengirimannya. Pengalaman di Aceh, justru yang paling laku itu pabrik roti karena kan tidak membutuhkan apa-apa. Kalau mi masih butuh air panas," ujar Wapres Kalla. Kondisi hujan lebat dan gelap karena mati listrik mengakibatkan pemerintah daerah kesulitan memantau dampak kerusakan.
Diperkirakan masih ada korban yang terperangkap di hotel, gedung tinggi, sekolah, dan ruko yang ambruk, namun tidak bisa dievakuasi karena keterbatasan personel dan peralatan. Bahkan kurangnya alat berat telah menjadi kendala bagi petugas dalam melakukan pertolongan dan pengungsian.(***)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
No Response to "Kepedulian Sang Presiden untuk Korban Gempa"
Leave A Reply